Sebuah Hikayat yang tertulis pada buku The Days of Winter karya Chintya Freeman. Pada tahun 1914, seorang pemuda Inggris aristokrat yang tenang dan menikmati dalam liburan di Paris melarikan diri dari kehidupannya yang kaku dan malu, seperti ulat menjadi kupu-kupu, menjadi jiwa yang bebas, tetapi harga yang harus dia bayar adalah untuk membawa etika kesopanan dan rasa bersalah yang tertanam dalam dirinya.
Layaknya PDII, kerusuhan yang mempengaruhi Mason Mount dan Lampard seperti perpecahan yang tak akan pernah usai dari fans terhadap mereka berdua. Seolah membunuh karakter anak muda yang ingin berkembang dan ditentang karena kodrat sebuah tim mengandalkan uang, uang, dan uang. Berawal menjadi anak angkat lalu naik pangkat menjadi anak emas, Mason Mount selalu tegar dan tawakkal menerima semua kritik pedas. Hingga akhirnya sang pemimpi harus berpisah dengan pria yang mempercayai dirinya bisa menjadi berlian yang setiap saat harus diasah.
Waktu terus berjalan, iklim Inggris yang dingin pun sudah mulai dirasakan. Datanglah seorang pria dari Paris yang rela mengulurkan tangan. Tuchel memberikan kepercayaan penuh kepadanya untuk tetap terus bertahan di atas permadani depan perapian. Sudah lebih dari 30 hari dilewati, rindu dirinya kepada Lampard sudah terobati.
Hari demi hari selalu bermain apik dalam laga bergengsi, selalu memberikan bukti untuk menjaga konsistensi. Kekhawatiran pun memudar dan para fans sudah tersadar. Dia ternyata bukan anak emas yang kurang ajar, tapi menjadi pemuda yang sangar.
Akhirnya fans belajar bahwa yang dikatakan Pria Inggris saat itu benar. Bermaskud tidak ingin sebagai anti elitis modern, pemain yang butuh dukungan moral dan sosial harus diperhitungkan yang lebih sekadar dari pemain magnifiken.
Romansa Paris dan Inggris sudah berjalan damai, selanjutnya memperbaiki lini belakang yang masih sering diragukan dan dianggap lalai. Pemuda bernama Andreas Christensen bangkit dari keterpurukan. Dulu diragukan tapi sekarang diperhitungkan. Masa lalu dia menjatuhkan Mane hingga tersungkur sakit, mempengaruhi masa depannya yang keras dijatuhkan dari langit. Tidak semua orang bisa bangkit dari kesialan, perintis ini terus berbakti dan belajar demi masa depan.
Pertandingan itu akhirnya berjalan lancar, tidak ada lagi momen Mohamed Salah yang dikenal sering berselancar. Andreas saat itu dibanggakan semua orang. Seharusnya dia sudah berjalan di karpet merah untuk mendapatkan gelar dari ratu Inggris, yang telah diberi kesempatan dan penebusan dosa yang romantis.
Yang berlari akan terus berlari, yang bertahan akan terus memilaukan. Semua ini diciptakan karena sebuah keharmonisan.
Kemenangan ini untuk semua pihak yang terdampak, para fans dipersilahkan bersorak. Mulai hari ini kita semua berteriak, angkat gelas dan bersulang lalu menikmati hidangan dengan sendok perak.
Sedingin apapun hari yang kalian tempuh, tetaplah membumi dan saling percaya. Karena semua ini datang dari bencana menjadi primadona.
Salam
Fans far yang tetap bersabar
